Persahabatan yang Menginspirasi

Judul : Persahabatan yang Menginspirasi


Tema : Persahabatan sejati dan keberanian


Pagi itu, sisa hujan semalam masih menempel di daun-daun di halaman belakang sekolah. Tara duduk di pojok perpustakaan, menatap halaman buku yang sudah ia buka dari tadi tanpa dibaca. Ia dikenal sebagai siswa yang cerdas tapi pendiam. Ia bukan tipe yang suka berbasa-basi atau ikut keramaian. Namun, ada satu orang yang selalu bisa membuatnya lebih terbuka: Dira, sahabatnya sejak bangku SD. Mereka duduk sebangku, suka main bola bareng, dan punya mimpi ikut lomba pidato tingkat kota mewakili sekolah.


Namun, sejak seminggu terakhir, Dira berubah. Ia mulai jarang bicara, bahkan kadang pura-pura tidak melihat Tara. Saat Tara coba menyapanya, Dira hanya membalas singkat atau malah pergi begitu saja. Merasa ada yang salah, Tara akhirnya menanyakan langsung saat mereka hanya berdua di ruang kelas, “Lo kenapa, Dir? Kok makin ke sini makin ngejauh?” Dira menghela napas, lalu menjawab lirih, “Mungkin gue udah nggak pantas jadi teman lo.” Jawaban itu membuat Tara makin bingung. Ia pun mencari tahu dan akhirnya mendengar gosip dari beberapa teman: ayah Dira ditangkap polisi karena kasus korupsi. Sejak itu, banyak siswa mulai menjauh darinya.


Hari lomba pidato pun tiba. Tara berdiri di panggung dengan naskah di tangan. Tapi sebelum mulai, ia memandang ke arah penonton. Di barisan belakang, ia melihat Dira berdiri sendiri. Tara menarik napas dalam, lalu membuka pidatonya dengan suara lantang, “Hari ini, gue mau bicara soal keberanian. Bukan cuma keberanian buat berdiri di panggung kayak gini, tapi keberanian buat tetap berdiri di samping sahabat lo... meskipun semua orang menjauhinya.” Suasana langsung hening. Semua mata tertuju padanya. Dira menunduk, wajahnya mulai basah oleh air mata.


Usai pidato, Tara turun dari panggung dan menghampiri Dira. Tanpa banyak kata, ia menepuk bahu sahabatnya dan berkata tegas, “Gue di sini, Dir. Temen lo, dan itu nggak bakal berubah.” Dira tersenyum, matanya masih basah. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, ia merasa nggak sendirian.


Sejak saat itu, meski omongan orang belum hilang, Tara tetap ada di sisi Dira. Mereka kembali bermain bola bersama, belajar bareng, dan bahkan tertawa seperti dulu. Persahabatan mereka menjadi bukti bahwa sahabat sejati adalah yang tetap bertahan saat badai datang—bukan hanya saat langit cerah.

Komentar